apakah tulisan ini berguna

Sabtu, 17 Maret 2012

SENI RUPA DALAM PEWAYANGAN

SENI RUPA DALAM PEWAYANGAN
1. Ragam Hias atau Ornamen dalam Pewayangan :
Ragam hias ini banyak terdapat dalam seni rupa pewayangan dan dibagi menjadi :
a. Ragam Hias lurus yang membentuk persegi empat
b. Ragam Hias tumpal ( deretan segitiga sama kaki )
c. Ragam Hias pilin ( seperti huruf S )
d. Ragam Hias maender , disebut juga ragam
hias awan
e. Ragam Hias kait ( berbentuk kunci )
f. Ragam Hias Swastika
g. Ragam Has Kawung
h. Ragam Hias Jalapang
i. Ragam Hias Patron ( seperti gambar pola daro kertas )
j. Ragam Hias bergaya ( Stylering ) seperti gambar topeng
k. Ragam Hias Gaya Binatang
l. Ragam Hias Gaya Tumbuh – tumbuhan
Dalam Seni Pewayangan yang disebut dengan Senirupa Pewayangan adalah :

1. Ragam Hias Mahkota
2. Ragam Hias Atribut
3. Ragam hias Busana
4. Anatomi Wayang ( Wanda Wayang )

2. Ragam Hias Mahkota
Tinggi rendahnya kedudukan seorang tokoh wayang dalam Pewayangan dapat lihat dari Apa yang Mahkuta tokoh wayang tersebut pakai

Beberapa Contoh bentuk mahkota wayang
1. Gelung Agung atau Binokasri
Mahkota ini biasanya dipakai oleh tokoh wayang yang mempunyai kedudukan .Misalnya Srinalendra Prabu Betara Kresna , Srinalendra Rama Sejati .
2. Gelung Lengkung atau Supit Urang
Supit Urang dibagi atas :
a. Supit Urang Polos , Seperti Mahkuta yang dipakai oleh Arjuna , Bima , dan lain – lain .
b. Supit Urang Senggana , yaitu gelung yang berSumping berupa Panahan , Misalnya yang dipakai oleh Nakula dan Sadewa .
c. Supit Urang Garuda Mungkur , Seperti yang dipakai oleh Gatot Kaca , Narayana dan lain sebagainya .

3. Gelung Keling
Dalam bentuknya , Gelung ini terdapat dua macam , yaitu :
Gelung Putra seperti yang dipakai oleh Prabu Darmakusumah

4. Mahkuta Topong
Mahkuta ini biasanya dipakai oleh Adipati Karna dan Betara Guru.

5. Mahkuta Sekar Kelewih
Bentuk dari Mahkuta ini persis seperti bentuk bunga kelewih , dan biasanya dipakai oleh para Raja seperti :
Prabu Suyudana , Prabu Betara Rama.

6. Sorban
Sorban biasanya dipakai oleh para pandita seperti yang dipakai oleh Resi Abiyasa , Begawan Sempani , dan yang lainnya.

7. Bendo
Bendo biasanya dipakai oleh rakyat yang dianggap sebagai kepercayaan Raja , seperti yang dipakai oleh Citrayuda , Citraksi dan yang liannya .

8. Siger
Siger biasanya dipakai oleh para Putri anak Raja .

TATA RIAS DALAM PEWAYANGAN
Tata Rias dalam Pewayangan sangat menentukan perwatakan dan sifat tokoh tersebut , apakah kasar , lembut , trampil , jujur dan tawakal , dari sifat dan bentuk wajahnya dapat diketahui sifat seseorang .
TATA RIAS WAYANG DAPAT DIBEDAKAN MENJADI :
1. RIAS JENIS
Rias Jenis , Rias untuk merubah wajah Pria menjadi Wanita atau sebaliknya , seperti dalam lakon Endang Werginingsih , Arjuna menjadi perempuan atau penyamaran Dewi Srikandi menjadi seorang Pria.

2. RIAS BANGSA
Rias Bangsa , Rias untuk merubah wajah , seperti Buta menjadi wajah satria atau sebaliknya , atau wajah ponggawa menjadi satria dan sebaliknya.

3. RIAS USIA
Rias Usia , Rias untuk merubah usia , seperti merubah dari Tua menjadi Muda atau sebaliknya . seperti dalam Lakon Prabu Yayati , baginda Raja yang sudah tua berubah menjadi Muda belia , karena menginginkan seorang Putri yang cantik.

4. RIAS TOKOH
Rias Tokoh adalah Rias menokohkan seseorang.

5. RIAS WATAK
Rias Watak adalah rias yang dimaksudkan untuk mempertegas watak seseorang , misalny : Kurawa dengan Watak jahatnya.

6. RIAS TEMPORAL
Rias Temporal adalah Rias yang disesuaikan dengan keadaan seketika ( wajah marah , wajah sedih , dan wajah bangun tidur misalnya .

7. RIAS AKSEN
Rias Aksen adalah Rias untuk mempertegas Watak , misalnya berwata bengis , bermata merah , berkumis tebal , dan lain –lain.

8. RIAS LOKAL
Rias Lokal adalah Rias untuk membentuk wajah yang berdasarkan lingkungan , misalnya Petani dengan busananya , seorang prajurit dengan pakaian prajuritnya .
Bentuk Rias tersebut diatas , besar pengaruhnya pada tata warna dan perwatakan seseorang .
Rias – Rias tersebut hanya dapat diterapkan dalam seni drama atau teater saja , karena wayang sudah mempunyai bentuk bentuk tersendiri.


Sabtu, 10 Maret 2012

PENDIDIKAN DASAR SENI PEWAYANGAN SENI MEGUKIR WAYANG GOLEK

CATUR WULAN I , II , & III



KELAS 3


DISUSUN ULANG OLEH :
YAYATNARAYANASUPRIATNARIEDLER
DI DEDIKASIKAN UNTUK :
Bpk Tresna Youana
&
SLTP YAYASAN ATIKAN SUNDA ( YAS )
BANDUNG

Puji syukur Kehadirat Allah S.W.T. karena atas Rahmat dan KaruniaNya lah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini adalah tentang kesenian Sunda Khususnya Kesenian mengukir wayang golek . Semua isi dari makalah ini adalah kumpulan dari beberapa data dan artikel yang saya dapatkan ketika saya bersekolah di SLTP Yayasan Atikan Sunda ( YAS ) Bandung. Mudah mudahan Makalah ini dapat bermamfaat bagi yang senang akan kesenian Sunda Wayang Golek Umumnya .dan untuk Siswa SLTP YAS Bandung pada khususnya. Makalah ini didedikasikan untuk :
SLTP Yayasan Atikan Sunda ( YAS ) Bandung
Bpk. Rd.Hidayat Suryalaga
Bpk. Tresna Youana
Bpk. Dayat Sudaryat
Semua Staff dan Pengajar SLTP YAS Bandung, dan
Semua Pecinta kesenian Wayang Golek.

Bandung , 26 Febuary 2012

YayatNarayanaSupriatnaRiedler

PERIODISASI PEDALANGAN / PEWAYANGAN
A. Zaman Prasejarah
DR.G.A.J.Haze berpendapat bahwa wayang dan Dalang telah ada di Jawa sebelum Kedatangan pengaruh kebudayaan Hindu. Pendapat DR.G.A.J.Haze tersebut dibenarkan oleh DR,Brandes yang menyatakan bahwa hindu mempuyai bentuk teater yang berbeda denagnbentuk teater Jawa.
DR.Brandes punmenyangkal bahwa pertunjukan seni Pedalangan / Pewayangan berasal dari India dan China , karena dalang dan wayang adalah bahasa Jawa.
Sumber wayang adalah Pratima , ialah sebuah patung kecil yang diperuntukan bagi kediaman roh. Di Jawa Pratima itu disebut Unduk dan di Bali disebut Pralingga . pratima lah yang menjadi sumber wujud wayang yang kemudian beralih menjadi Relief pada Candi – Candi dan akhirnya kepada bentuk wayang yangseperti sekarang ini , setelah mengalami perubahan dan perbaikan Pada Zaman Islam.
Sebenarnya dalam Menentukan asal wayang akan mendapat kesulitan, karena :
a. Peninggalan asal usul wayang hanya bersumberkan pada Relief, area dan beberapa Prasati yang sebagian besar berdasarkan kepada perkiraan.
b. Perubahan Zaman yang menimpa kebudayaan bangsa Indonesia besar pengaruhnya terhadap perkembangan seni pedalanagn / Pewayangan.
c. Seni Pedalangan / Pewayangan banyak sangkut pautnya dengan cabang kesenian lainnya yang mendukung terwujudnya suatu Pagelaran seni Pedalangan / Pewayangan.
d. Seni Pedalangan / Pewayangan erat kaitannya dengan kepercayaan adat istiadat dan kehidupan bangsa Indonesia.
Karena itu timbul beberapa perbedaan antara daerah – daerah dan kemudian terdapat pula beberapa Versi atau gaya garapan.
Perbedaan lainya ialah bahwa perkembangan seni pedalangan / Pewayangan dibeberapa daerah terdapat perbedaan dalam garapan , seperti misalnya :
Gaya Yogyakarta , gaya Surakarta , gaya Cirebon , dan gaya lainnya. Lain pula cara perkembangan seni pedalangan / Pewayangan di Jawa tengah dan Jawa Barat.
Di jawa Tengah Seni pedalangan / Pewayangan berkembangdari atas kebawah, artinya Seni pedalangan / Pewayangan menyebar dari Keraton kepada masyarakat ,sedangkan Di Jawa Barat sebaliknya. Jadi tidak aneh bila di Jawa Barat bersifat kerakyatan dalam Seni pedalangan / Pewayangan lebih menonjol daripada sifat Feodalisme.
Di Bali , Seni pedalangan / Pewayangan erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat , karena agama Hindu Bali merupakan adat kebiasaan sehari – hari.
Jelasnya, ialah bahwa Seni pedalangan / Pewayangan Zaman Prasejarah dimulai dari Upacara persembahan yang dilakukan oleh para Syaman sebagai dalang dan Pratima sebagai roh nenek moyang yang kemudian menjadi wayang.
B. Zaman Hindu
Zaman Hindu dapat di bagi menjadi dua periode yaitu Zaman Hindu Jawa dan Zaman Jawa Hindu , dimana pad Zaman Hindu Jawa, kebudayaan Hindu lebih berperan daripada kebudayan Jawanya. Zaman ini berlangsung mulai abad ke -1 sampai dengan abad ke -10 , sedangkan Zaman Jawa Hindu yang berlangsung dari abad ke -11 sampai abad ke – 15 , Kebuayaan Jawanya Lebih berperan dai kebudayaan Hindunya.
1. Zaman Kebudayaan Hindu
Setiap bangsa mempunyai sejarah bangsanya sendiri seperti yang terjadi pada Zaman Hindu. Pada abad I Masehi , Indonesia membawa perubahan kebudayaan dengan datangnya pengaruh kebudayaan Hindu yang peradabannya sudah jauh lebih tinggi dari ada penduduk asli Bangsa Indonesia yang kala itu masih hidup seperti Zaman Prasejarah atau juga disebut Zaman Mithos Kuno ( Nirleka ) dan belum dapat menulis dan membaca.
Kehadiran kebudayan Hindu di Indonesia membawa perubahan terhadap kebudayaan bangsa, karena pada masa itu timbul keterangan tertulis dengan Huruf Palawa , berbahasa Sansekerta.
Bersamaan dengan menyebarnya agama Hindu di Indonesia, maka menyebar pula cerita Ramayana dan Mahabharata , dan dikenal masyarakat Jawa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab suci yang bersumberkan kepada keagungan paea Dewa , seperti Dewa Syiwa , Dewa Wisnu , sedangkan ceritanya berkisar kepada kebaikan dan kejahatan berdasarkan falsafat amnsia bahwa yang baik dan jujur pasti akan Menang.
Demikian pesatnya perkembangan agama Hindu denga kitab Ramayana dan Mahabharata nya , sehingga dalam waktu yang singkat dapat mengubah dasar Hindu masyarakat Indonesia, Khususnya bangsa Jawa. Penyebar luasan kedua cerita tersebut dilaksanakan melalui Relief – Relief , Arca – arca , Prasasti – prasasti atau Keropak – keropak , ialah Sebuah tulisan pada daun Lontar dan kitab – kirab lainnnya yang disebarkan baik dengan lisan maupun tulisan. Oleh juru Bharata atau juru Kandha , ialah seorang yang benar – benar menguasai kedua lakon tersebut. Fungsi Bharata atau juru Kandha dapat disamakan dengan fungsi Dalang sekarang.
Pada kira –kira tahun 800 Masehi , cerita Ramayana disalin kedalam bentuk puisi dan berbahasa Sansekerta , yang pada masa itu bahasa Sansekerta hanya diketahui oleh para Brahmana dan para Raja , oleh karena itu hanya golongan Brahmana dan golongan Satria saja yang dapat membacanya, Masyarakat Umum hanya menyetjui saja apa yang di Nasehatkan mereka itu. Kesimpulan bahwa pertujukan wayang ialah untuk menyembah kepada Hyang , diambil pendapat DR.H.W.Raser berdasarkankepada kenyataan bahwa apa yang dipahatkan pada Relief itu pasti sudah ada sebelum dipahatkannya , sedangkan pelaksanaan Ceritanya diperkirakannya sebelum pemerintahan Rakai Balitung tahun 892 Masehi.
Pada Zaman Rakai Belitung , agama Budha aliran Mahayana dan kepercayaan Syiwa terjadi suatu perdamaian . Pengembangan cerita seni pedalangan / pewayangan yang bersumberkan kepada Animisme dan Dinamisme yang bertujuan menyembah roh para leluhur. Pada Zaman Hindu , lakon Mahabharata dan Ramayana disusun secara rapih dan terperinci , di urutkan kedalam Parwa , dalam Mahabharata dan Kandha Ramayana.
Kedua lakon tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Kawi dan bahasa Jawa Kuno sehingga hamper setiap orang dapat mempelajarinya. Keadaan semacam ini berlangsung samai kira – kira awal abad ke 10 di Jawa Timur.
2. Zaman Kebudayaan Jawa Hindu
Kira – kira awal tahun 900 Masehi , kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah tidak terdengar lagi , sedangkan sebab –sebab keruntuhannya tidak di ketahui dengan pasti.
Pada abad itu pula muncul sebuah kerajaan yang di perintah oleh Empu Sendok dan dianggap sebagai Raja baru di Nusa Jawa. Kiranya Raja ini lebih mengarahkan perhatiannya kepada lakon wayang , terutama dala bentuk penciptaan bentuk wayang dan pengalihan bahasa kitab Mahabharata dan Ramayana dari bahasa Sansekerta kedalam bahasa kawi dan Jawa Kuno.
Pengalihan Bahasa kedua cerita tersebut di bebankan kepada para Pujangga yang disebut Empu , karena kedua cerita tersebut sesuai dengan tradisi bahasa Jawa . Maka dibuatlah cerita Mahabharata dan Ramayana versi Indonesia , yang dalam kehidupannya disesuaikan dengan kebiasaan hidup bangsa Indonesia , yang menjadi lakon – lakon wayang dewasa ini.
Berdasarkan tulisan yang terdapat dalam kakawin Arjuna Wiwaha ( Arjuna Kawin ) Yang disusun oleh Empu Kanwa pada kira – kira tahun 1030 , ketika pemerintahan Airlangga Zaman itu telah ada pertunjukan wayang . Pernyataan itu di tulis dalam lakon Arjuna Wiwaha Pada Sarga ( bab ) ke IX , seperti yang telah diterangkan terlebih dahulu.
Bila pada abad ke 14 telah disebut pergelaran wayang tentu sudah ada dalang dan wayangnya karena dalang dan wayang tidak dapat dipisahkan , bahwa dalang disamakan dengan Empu , karena :
a. Empu bukan hanya penulis , tetapi juga menggarapnya , seperti para Wali Zaman Islam .
b. Anggapan masyarakat bahwa Empu kedudukannya setarap dengan Dewa Brahma.
Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya kedudukan para Empu atau Dalang dalam masa itu.
Adapun bertambahnya seni pewayangan dengan timbulnya Wayang Madya , Wayang Gedog , dan Wayang Wasana pada Zaman Majapahit , adalah berkat kebijaksanan – kebijaksanaan Prabu Hayam Wuruk untuk mengembangkannya , dimana Baginda pun turut berperan . Hal ini dimaksudkan untuk melestarikan seni pewayangan dan Dalangnya pun ditambah , dengan bertambahnya jenis – jenis wayang , dalang turut untuk memiliki suatu kemampuan yang lebih besar , misalnya :
a. Penjelasan dalang bukan hanya berkisar pada lakon saja tetapi juga lakon sesudah Parikesit sampai kepada Prabu Angling Darma yang disebut dengan lakon Wayang Madya.
b. Pnguasan bidang Lahiriah dan Rohaniah .
c. Para Empu merupakan seorang tokoh yang menjadi tangan kanan Raja dalam bidang sini sastra.
Melihat fungsinya , dalang merupakan suatu jabatan yang tidak dapat dilaksanakan oleh setiap orang karena Ia menguasai cara penulisan cerita . Seorang Suci yang tidak ternodadi mata masyarakat. Ia pun harus menguasai ilmu pengetahuan tentang dunia manusia dan roh serta hafal akan kedalaman falsafat yang terdapat dalam kitab Wheda . Yang perlu kita ketahui ialah bahwa para Raja pun kadang –kadang bertindak sebagai dalang , misalnya raja Hayam Wuruk di Majapahit , bertinda sebagai dalang wayang orang membawakan lakon panji.
C. Zaman Islam
Munculnya Demak sebagai Kerajaan islam yang pertama di Jawa dan runtuhnya Majapahit sebagai kerajaan Hindu terakhir di Jawa, mengakibatkan segala upacara kebudayaan Hindu dan kepustakaannya berpindah ke Demak kira –kira abad Ke - 5 .v Upaya para wali dalam menyempurnakan wayang yang telah meresap pada jiwa masyarakat Jawa , ialah mengadakan penyempurnaan dan perubahan pada bagian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Pada pertama kalinya para wali melihat bahwa wayang adalah suatu media yang ampuh dalam penyebaran agama Islam , perubahan yang harus diselesaikan para wali tidak mengubah penguraian ceritanya saja , tetapi diadakan perubahan pula sampai kepada wujud wayangnya , bentuk prilakunya berisikan bahasa yang harus dilaksanakan / disesuaikan dengan ketentuan hukum yang berlaku dalam ajaran agama Islam.
Peubahan pertama dan utama sekali , ialah diarahkannya kepada penyesuaian ajaran Islam dan falsafatnya.
Dari isi karya - karya Empu itu diartikan bahwa dalam kesusastraan terdapat suatu pembaharuan yang menyeluruh mengenai sumber - sumber lakon , yang apabila diteliti dan diukur segi ilmih serta bukti - bukti sejarah akan terdapat perbedaan yang jauh dengan Cerita aslinya.
Walaupundalam seni Pedalangan / Pewayangan , terutama dalam bentuk wayang dan pengalihan kitab Mahabharata dan Ramayana dari bahasa Sansekerta ke bahasa Kawi .
Pengalihan kedua cerita itu . tidak disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia , maka dibuatlah cerita Mahabharata dan Ramayana dalam Versi Indonesia sesuai dengan kebiasaan bangsa Inndonesia.
Berdasarkan yang terdapat dalam kakawin Arjuna Wiwaha yang disusun oleh Mpu Kanwa yang disusun pada Zaman pemerintahan Raja Airlangga , Zaman itu telah ada pertunjukan Wayang .
Pernyataan itu ditulis untuk menyatakan bahwa pada zaman pemerintahan Raja Airlangga , pada tahun 1030 di Jawa telah ada pertunjukan wayang hasil bangsa Indonesia dan bukan hasil bangsa India dan China seperti yang dituduhkan beberapa sarjana. Kekeliruan akibat perubahan agama dan pendangan masyarakat terhadap para Dewa kepada pengAgungan terhadap Tuhan Yang Maha Esa .
Adapun Perubahan tersebut karena adanya Dua Kemungkinan :
a. Kemungkinan untuk melengkapi dan mempertegas sejarah Para Nabi.
b. Kemungkinan untuk merendahkan keagungan para Dewa dan para Sanghyang , timbul perbedaan pendapat –pendapat tentang cerita Pewayangan , karena seni pedalangan / Pewayangan membentuk macam – macam pengertian . Seperti dalam perbedaan Falsafat , perbedaan kepentingan dan mamfaatnya , karena menciptakan wayang dengan lakon serta kelengkapannya ditentukan oleh alam pikiran manusia . Disamping itu menceritakan Pedalangan / pewayangan sama dengan menceritakan sejarah manusia dengan segala hidupnya yang berjuang mencari jalan untuk mencapai cita – citanya.
Perkembangan Seni Pedalangan / pewayangan Zaman Islam secara terperinci :
1. Wayang pertama dibuat oleh Raja Jayabaya kira – kira abad ke – 10 . keterangan ini didapat dari kitab Pustaka Raja Purwa yang disusun oleh Empu Tantular pada Zaman Majapahit yang diterjemahkan oleh R.NG.Ronggowarsito.
2. Wayang Semar diketemukan dalam kitab Sudamala dan kitab GatotKacaSraya Demikian pula dalam kitab Panji yang disusun kira – kira tahun 2111 ketika pemerintahan Raja Kameswara II di Singasari .
3. Gambar Gugunungan diketemukan pada Relief Candi Jago dibuat kira –kira abad ke 14.
4. Wayang Beber dibuat kira –kira abad ke – 14 pada Zaman Majapahit.
5. Tahun 1515 Masehi Zaman Raden Patah di Demak telah dilakukan penyempurnaan wayang , dibuat dari kulit , ditatah tetapi tatahannya belu sebaik sekarang . Pada Zaman itu muncul bentuk wayang lain yang dibuat oleh Sunan Giri yang bentuk mukanya meniru bentuk wayang Purwa , memakai takes dan bagi wayangpria rambutnya terurai , tanda busananya , epek , Zamang , kalung , gelang , anting , dan kilat bahu . Dalam bentuk wayang tersebut tidak terdapat tokoh Buta atau kera seperti tokoh dalam Ramayana . Sedangkan ceritanya mengambil dari cerita Panji yang disebut wayang Gedog.
6. Zaman Sultan Amangkurat Tegal Arum di mataram wayang sudah disempurnakan dan dibuat lebih besar , racikannya ditambah . 7. Kira – kira tahun 1649 Pangaran Pekik di Surabaya membuat cerita wayang Damar Wulan yang tokoh – tokohnya dibuat dari kulit , bentuk wayangnya hanpir sama dengan wayang Gedog , dan dipentaskan pada siang hari , dan disebut Wayang Krucil.
8. Kira – kira Tahun 1664 , Sunan Bonang menciptakan Wayang Beber untuk lakon Panji.
9. Setalah masa pemerintahan Sunan Pakubuwono II di Kartasura , wayang krucil dibuat dari kayu yang bentuknya meniru karya Sunan Pekik. Sedangkan ceritanya diambil dari cerita Damarwulan.
10. K.G.P.A. Mangkunegara IV membuat wayang Aji Pamasa yang dibuat secara tertulis oleh R.NG.Ronggowarsito , kira – kira tahun 1861 – 1863 . Wayang Aji Pamasa itu dibuat dari kulit dan bentuk kepalanya seperti wayang Purwa , sedangkan badannya seperti wayang Gedog dan di Iringi gamelan karas Salendro yang kemudian disebut wayang Madya.
Tetapi ketika Pemerintahan Pakubuwono III Iringan gamelannya diganti menjadi laras Pelog dan wayangnya ditambah dengan tokoh Punakawan . Kehadiran wayang madya ini dimaksudkan untuk mengisi kekosongan lakon dalam wayang purwa kepada wayang Gedog.
11. Dari abad ke – 14 sampai abad ke – 20 timbul jenis – jenis wayang lainnya seperti Wayang Golek Menak , wayang Dobel , wayang Dupara dan wayang lainnya yang maksudnya untuk melestarikan seni Pedalangan / Pewayangan . Wayang semula dibuat dar daun lontar , kemudian dilukis pada kertas tebal pada tahun 1361 M. ketika Prabu Bratanatamemerintah Majapahit yang disebut wayang Beber/.
12. Ketika Pemerintahan Sultan Seda Krapyak atau diseut puka Mas Jolang pada tahun 1601 – 1613 dibuat wayng baru dengan mengambil babon wayang Kidang Kancana ukuran sedang seperti yang sering kita temukan dewasa ini.
Para Wali dalam mengubah dan mengembangkan bentuk wayang :
1. Tahun 1319 M. diadakan Perubahan dalm bentuk dan tatanan Wayang.
2. Tahun 1544 Sunan Bonang melengkapi wayang dengan racikan lengkap , yang dilengkapi lagi oleh Sultan Pajang pada tahun1538 . Pada Zaman itu para Wali sepakat untuk menciptakan wayang yang dibuat dari kulit kerbau , meniru wayang yang dibuat dari daun lontar yang pada pertama kalinya dibuat oleh Raja Jayabaya di Mamenang kemudian tokoh wayang Buta tersebut dibuat oleh Suna Kalijaga dengan perlambang tahun “Candra Sengkala geni Dadi Sucining Jagat “ yang artinya tahun 1521 .
LITERATUR PEDALANGAN /PEWAYANGAN

1. Cerita wayang purwa
Cerita wayang yang terdapat di Indonesia , adalah berasal dari India dengan sumber cerita Mahabharata dan Ramayana yang mengandung unsure kepercayaan secara tertulis yang awal mulanya secara lisan .
Menurut sejarah , Mahabharata berasal dari cerita bangsa Aria , adalah suatu bangsa yang mendiami dataran tinggi Kasymir di India utara , bernama Wedda .
Kitab Mahabharata yang berasal berasal dari cerita mythos yang diterapka dengan kitab suci lainnya , seperti : Jayur Wedda , Sama Wedda , Rig Wedda , Abarwa Wedda .
Pada abad ke – 20 , Mahabharata sudah diterjemahkan kira – kira kedalam 300 bahasa sehingga Hampir di Seluruh dunia hampir mengenalnya.
Mula – mula ceritanya Mahabharata itu ditulis kedalam bentuk puisi yang disebarka secara lisan , kemudian setelah manusia dapat menulis dan membaca , disususn dengan bahasa yang Syah dalam bentuk prosa dan Puisi . kadang – kadang kedua cerita itu dikaburkan oleh pendapat perorangan atau golongan yang campur aduk karena perkembangan kedua cerita tersebut tidak lepas dari pengaruh perkembangan zaman , kemajuan ekonomi , perubahan kepercayaaan , perubahan sosial , kemajuan Zaman yang mengakibatkan kemajuan alam pikiran manusia.
Fungsi wayang sejak dulu adalah sama : yaitu pada Zaman Hindu wayang digunakan sebagai penyebar agama dan pengagungan Raja – Raja , demikian pula pada Zaman Islam digunakan sebagai penyebar agama dan pengagungan para Sultan yang memerintah pulau Jawa , sedangkan pada Zaman sekarang wayang digunakan salah satnya sebagai media Pendidikan , hiburan , Penyampaian hasil pembangunan dan kadang – kadang dijadikan sebagai medi Dakwah .
Wayang yang kita dapat lihat sekarang ini bukan saja dijadikan media Tri Kara Dharma ( tiga Kewajiban melaksanakan Dharma ) , namun sebagai lima dasar Falsafat yang terkandung didalam cerita itu , baik dalam sifat maupun dalam Wataknya .
1. Mahabharata versi India
Cerita Mahabharata dikenal sebagai suatu cerita yang mengandung falsafat hidup disamakan dengan kitab suci agama Hindu aliran Syiwa .
Dunia mengenal pula pengarangnya , yaitu : WIYASA yang menurut kepercayaan orang Jawa , beliau adalah nenek moyang / leluhur para Pandawa dan /Kurawa yang bertapa di gunung Retawu yang disebut Padepokan Saptarangga.
Menurut keterangan orang India sendiri , , kata WIYASA itu berasal dari bahasa sansekerta yang artinya : peyadur atau penyusun , karena pengarang yang sebenarnya adalah WALMIKI , yang juga mengarang cerita Ramayana .
Yang pertama menceritakan cerita ini adaah bangsa Aria ( Bangsawan ) dalam kalangan bangsa Dravida ( terjajah ) yang menjadi penduduk asli India , dan bagsa Aria tersebut merupakan pendatang .
Sedangkan kebanyakan dari mereka berkulit putih dan menduduki India sebelah Utara , pada kira – kira tahun 2000 sebelum Masehi . Isi pokok cerita Mahabharata , adalah keangkaramurkaan yang ditokohkan oleh tokoh Prabu Suyudana Raja Hastinapura kepada pihak Pandawa , yang sebenarnya adalah meraka bersaudara / Keluarga .
Cerita ini diakhiri dengan sebuah perang besar yang disebut perang Bharatayudha atau perang Jayabinangun , perang tersebut berlangsung di Kurusetra yaitu sebah tegalan yang sangat luas , perang tersebut menyeret pula beberapa Negara srhingga perang BharataYudha yang semula hanya antar keluarga , kini menjadi Perang Koalisi .
Dalam cerita tersebut pihak yang alah tentunya pihak yang licik karena dalam perang Bharatayudha barang siapa yang licik dalam melaksanakan peperangan maka orang tersebutlah yang aka kalah , seperti apa yang dialami oleh para Kurawa beserta sanak familinya . Dalam kisah tersebut dilikiska hal Ikhwal yang menimbulkan persengketaan dan peperangan itu berlangsung selama 18 ( dlepan belas ) hari .
Tegal Kurusetra letaknya dekat kota Taniswar sebelah utara kota Delhi.
Dari Zaman ke Zaman cerita Mahabharata mengalami perubahan dan pasang surut serta mengalami pula perubahan jalan cerita dan bentuknya , karena pengaruh pikiran dari yang ada pada setiap pengarang.
Ramayana Versi India

Dalam cerita Ramayana isi pokok yang menjadi sorotan mata dunia yaitu tentang keangkaramurkaan yang ditampilkan oleh seorang Raja yang sangat gagah dan sombong yang bernama Prabu Dasamuka. Akan tetapi tentunya tiap ada keangkara murkaan tidak lepas dari kejujuran yang ditampilkan oleh Prabu Batara Rama.
Cerita Ramayana dikarang / disusun oleh seorang pujangga dari India : yaitu WALMIKI dan dalam cerita tersebut dibagi menjadi beberapa bagian , yang kemudian pujangga tersebut menyebutnya dengan nama kandha . Isi pokok cerita tersebut adalah tentang diculiknya Dewi Shinta oleh Prabu Dasamuka , yang akhirnya terjadilah peperangan antara Pihak Betara Rama dan pihak Dasamuka . pihak Betara Rama dibantu oleh pasukan kera dari sebuah kerajaan kera yang bernama Gua Kiskenda , yang dipimpin oleh prabu Subali dan Anoma Perbancana Sutha . Akhir dari cerita tersebut dikisahkan dengan kehancuran Prabu Dasamuka beserta sanak familinya , akan tetapi ada salah satu keluarga dari dasamuka yang tidak ikut berperang , akan tetapi dia malah sebaliknya menjadi panutan betara Rama dan menjadi sumber pertanyaan yang dilontarkan oleh Betara Rama dan orang tersebut bernama Gunawan Wibiksana.
Dalam cerita tersebut banyak kesmaan dengan adat dan kebiasaan manusia pada Zaman sekarang , yakni orang biasanya dalam menempuh kehidupan inginyang lebih gampang , instant dan praktis tanpa berusaha dan bekerja keras untuk mewujudkan sesuatu .
Keluarga yang menjadi korban Dipihak Dasamuka adalah adik , paman dan anak – anaknya sendiri yang dicintainya , yaitu Kumbakarna beserta anaknya , Dewi Sarpakanaka , Patih Prahasta , dan Indrajit anak kesayangannya. Akhir dari cerita ini mengsahkan tentang kembalinya Dewi Shinta dari culikan Dasamuka setelah sang Suami berhasil mengalahkan keangkaramurkaan prabu Dasamuka , dimana setelah kembali ke Negara Ayodya tempat tinggal Betara Rama , Dewi Shinta diuji kesuciannya oleh sang Wisnu yang ada dala tubuh Betara Rama , dimana Dewi Shinta diuji dengan ujian yang diberikan oleh Sang Suami yaitu Dewi Shinta harus menjalankan dengan penuh keikhlasan dan ketabahan yang ada dalam jiwanya . Ujian yang diberikan oleh Wisnu tersebut adalah jika benar Dewi Shinta tidak terkena jamahan Dasamuka harus bias masuk kebumi tanpa harus digali , dengan penuh kepercayaan diri maka mulailah dewi Shinta melaksanakan ujian yang diberikan .